Kamis, 12 Januari 2017

Caraku Bermedia Sosial

Aku punya beberapa akun media sosial. kadang update pun kadang ngadat.
Seringnya karena kehabisan nafas dan labil motivasi, jadilah sering sering kuulur hingga molor update dari rencana yang kuharapkan. Tapi kan,.. namanya proses ya gitu kan ya? harus jatuh cinta lebih awal sih katanya, biar bisa tergerak dengan ringan tanpa ada beban dan dapat kekuatan maha gaib entah dari mana sumbernya. Gitu. 

FACEBOOK
aku pribadi udah agak ilang feeling sama media sosoialku ini, eh setelah melihat #reviewyear2016 olahan dari si pesbuk, aku makin sadar ahh... gitiulah. Malas dijelas jelaskan kali.

fecebook itu bagiku tak lain sebagai jejaring kawan kawan dari generasi abu-abu. Sarang dari kenagan yang tersimpan bertahun lalu. Meskipun, aku juga masih perlu melihatnya, negecek timeline nya, ngecek siaran grup yang kuikuti. Ya kadang untuk kepo, kadang untuk memastikan kabar kawan kawnku yang memang masih aktif dan mau nyebar undangan pernikahannya disana. Iya, begitu sajakan dinamika kehidupan bersosial maya ini? Apalagilah..

TWITTER
Sejak aku mulai tertarik dengan blog, barulah aku mengenal Twitter. Hanya saja akunya agak malang. Keakraban dengan twitter tidak berjalan mulus. Pokoknya Aku terbilang sangat gagal jadi #anaktwitterlama

Kadang alasan minat dan perasaan aneh yang tidak kumengerti sering mandet untuk nampil bermedsos ria lagi. huft. Lantas, adalah pulak Instagram. Paht!.

Deuuh ya, aku sebagai manusia tipe konservatif ini memang agak sering kudet aksinya, tapi pengetahunnya enggak loh (pembelaan resmi #21factaboutme)

Semasa yang pernah dahulu, ada seperbagian rasa tidak percaya bagiku kalau berciut berkicau meong meong di jejaring sosial merupakan kepentingan menyampaikan aspirasi. Apalagi kalau-kalau timelineku isinya sering gak asyik, banyak celaan dan status geje bin luar biasa lainnya. 

Meskipun untuk perkara godaan, ng-twit pribadi, ngstalk, ngehestek sebenarnya ragu-ragu sorr dan membahagiakan untuk dilakukan. Hah iyakan? kan memang wajar, manusia sering labil dengan pilihan awalnya. Haha

Kalau cerita idealis, seperti kata eyang Pram, “kita jadi manusia harus sudah jujur sejak dalam pikiran”. 
Rangsangan yang diterima punya potensi besar menjadi apa yang kita rasakan. Right? Apa yang dirasakan mudah jadi sesuatu yang dipikirkan. Apa yang dipikirkan jadilah sikap yang dipilih untuk memimpin diri sendiri. Dan sesuatu yang dituliskan sebenarnya hasil yang telah menggalami proses merasakan dan mengevaluasinya, ya kan ya?
Iya aja dah! Kan seperti pepatah pernah bilang, “air kopi di teko sudah pasti akan mengeluarkan kopi juga."

INSTAGRAM
follow intagram akuu dong @haloiyik :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar